Di dalam setiap sel terdapat faktor pembawaan sifat
keturunan (materi genetis), misalnya pada sel tulang, sel darah, dan sel gamet.
Substansi genetis tersebut terdapat di dalam inti sel (nukleus), yaitu pada
kromosom yang mengandung gen. Gen merupakan substansi hereditas yang terdiri
atas senyawa kimia tertentu, yang menentukan sifat individu. Gen mempunyai
peranan penting dalam mengatur pertumbuhan sifat-sifat keturunan. Misalnya
pertumbuhan bentuk dan warna rambut, susunan darah, kulit, dan sebagainya.
1. Gen
Morgan, seorang ahli genetika dari Amerika menemukan bahwa
faktor-faktor keturunan yang dinamakan gen tersimpan di dalam lokus yang khas
di dalam kromosom. Gen-gen terletak pada kromosom secara teratur dalam satu
deretan secara linier dan lurus berurutan. Dengan menggunakan simbol, kromosom
dapat digambarkan sebagai garis panjang vertikal dan gen-gen sebagai garis
pendek horizontal pada garis vertikal tersebut. Karena letak gen yang linier
dan lurus berurutan, maka secara simbolik dapat dilukiskan pula garis-garis
pendek horizontal (gen-gen) tersebut berderetan.
Dari sekian banyak gen yang berderet secara teratur pada
benang-benang kromosom, masing-masing gen mempunyai tugas khas dan waktu
beraksi yang khas pula. Ada gen yang menunjukkan aktivitasnya saat embrio,
lainnya pada waktu kanak-kanak ataupun
gen lainnya lagi setelah spesies menjadi dewasa. Mungkin juga suatu gen aktif pada suatu organ namun tidak aktif pada organ
yang lain. Setiap gen menduduki tempat tertentu dalam kromosom yang dinamakan
lokus gen.
Gen yang menentukan sifat-sifat dari suatu individu biasanya
diberi simbol huruf pertama dari suatu sifat. Gen dominan (yang mengalahkan gen
lain) dinyatakan dengan huruf besar dan resesif (gen yang dikalahkan gen yang
lain) dinyatakan dengan huruf kecil. Sebagai contoh, pada tanaman ercis dapat
dinyatakan:
T
= simbol untuk gen yang menentukan batang tinggi;
t
= simbol untuk gen yang menentukan batang rendah.
Karena tanaman ercis individu yang diploid, maka simbol
tanaman itu ditulis dengan huruf dobel.
TT=
simbol untuk tanaman berbatang tinggi;
tt
= simbol untuk tanaman berbatang rendah.
2. Kromosom
Kromosom terdapat di dalam nukleus mempunyai susunan halus berbentuk
batang panjang atau pendek, lurus atau bengkok. Di dalam nukleus terdapat
substansi berbentuk benang-benang halus, seperti jala yang dapat menyerap zat
warna. Benang-benang halus tersebut dinamakan retikulum kromatin. Retikulum
berarti jala yang halus. Kroma berarti warna, dan tin berarti badan. Definisi
Kromosom adalah benang-benang halus yang berfungsi sebagai pembawa informasi
genetis kepada keturunannya.
Kromosom dapat dilihat dengan menggunakan mikroskop biasa
pada sel-sel yang sedang membelah. Dalam sel yang aktif melakukan metabolisme,
kromosom-kromosom memanjang dan tidak tampak. Namun, menjelang sel mengalami
proses pembelahan, kromosom-kromosom tersebut memendek dan menebal, serta mudah
menyerap zat warna, sehingga mudah kita lihat melalui mikroskop.
a. Jumlah dan tipe kromosom
Setiap organisme mempunyai jumlah kromosom tertentu, ada
yang banyak ada pula yang hanya sedikit. Manusia mempunyai 46 kromosom dalam
setiap inti selnya, 23 kromosom berasal dari ibu dan 23 kromosom berasal dari
ayah. Manusia memulai hidupnya dari sebuah sel, yaitu sel telur yang dibuahi
sel sperma. Sel telur dan sel sperma masing-masing mempunyai 23 kromosom (n).
Sel telur yang telah dibuahi sel sperma akan menjadi zigot. Zigot yang
terbentuk mempunyai 46 kromosom (2n). Untuk mengetahui jumlah kromosom yang
dimiliki oleh berbagai jenis makhluk hidup, perhatikan Tabel 5.1 berikut.
Tabel 5.1 Jumlah kromosom pada
berbagai jenis makhluk hidup
Pada makhluk hidup tingkat tinggi, sel tubuh mengandung dua
perangkat atau dua set kromosom yang diterima dari kedua induknya. Kromosom yang
berasal dari induk betina berbentuk serupa dengan kromosom yang berasal dari
induk jantan, sehingga sepasang kromosom yang berasal dari induk jantan dan
induk betina disebut kromosom homolog. Pengertian kromosom homolog, yaitu
kromosom yang mempunyai bentuk, fungsi, dan komposisi yang sama. Jumlah
kromosom dalam sel tubuh disebut diploid (2n). Adapun jumlah kromosom dalam sel
kelamin dinamakan haploid (n), karena hanya memiliki separo dari jumlah
kromosom dalam sel tubuh. Dua perangkat atau dua set kromosom haploid dari
suatu spesies disebut genom. Dengan demikian, genom dapat dikatakan sebagai
jumlah macam kromosom atau perangkat kromosom dalam suatu individu. Contoh:
manusia mempunyai 23 pasang kromosom haploid maka dalam sel tubuhnya berarti
terdapat 2 × 23 = 46 kromosom (diploid).
Kromosom yang dimiliki oleh organisme secara umum dapat
dibedakan menjadi dua tipe, yaitu kromosom tubuh (autosom) dan kromosom seks
(gonosom). Autosom terdapat pada individu jantan maupun betina dan sifat-sifat
yang dibawa tidak ada hubungannya dengan penentuan jenis kelamin. Gonosom
merupakan kromosom yang menentukan jenis kelamin suatu individu.
b. Struktur kromosom
Secara garis besar, struktur kromosom terdiri atas sentromer
dan lengan. Sentromer atau kinetokor adalah bagian dari kromosom tempat
melekatnya benang-benang spidel yang berperan menggerakkan kromosom selama
proses pembelahan sel. Bagian ini berbentuk bulat dan tidak mengandung gen.
Sentromer disebut juga pusat kromosom. Berdasarkan letak sentromernya, kromosom
dibedakan menjadi empat macam, yaitu metasentrik, jika sentromer terletak di
tengah-tengah antara kedua lengan; submetasentrik, jika sentromer terletak agak
ke tengah sehingga kedua lengan tidak sama panjang; akrosentrik, jika sentromer
terletak di dekat ujung, telesentrik, jika sentrometer terletak di ujung lengan
kromosom.
Gambar 5.4 Macam kromosom menurut letak sentromernya (1)
metasentrik, (2) submetasentrik, (3) akrosentrik
Lengan atau badan kromosom adalah bagian kromosom yang
mengandung kromonema (pita bentuk spiral di dalam kromosom) dan gen. Selubung
pembungkus kromonema disebut matriks. Gen merupakan substansi (bahan dasar)
kimia di dalam kromosom yang mengandung informasi genetik (pembawa sifat).
Kromosom dibentuk oleh protein dan asam-asam nukleat. Bagian ujung kromosom
yang menghalangi bersambungnya kromosom yang satu dengan lainnya disebut
telomer. Untuk mengetahui struktur kromosom, perhatikan Gambar 5.5.
Gambar 5.5 Struktur kromosom
2. Hereditas Menurut Mendel
Untuk membuktikan kebenaran teorinya, Mendel telah melakukan
percobaan dengan membastarkan tanaman-tanaman yang mempunyai sifat beda.
Tanaman yang dipilih adalah tanaman kacang ercis (Pisum sativum). Alasannya
tanaman tersebut mudah melakukan penyerbukan silang, mudah didapat, mudah hidup
atau mudah dipelihara, berumur pendek atau cepat berbuah, dapat terjadi
penyerbukan sendiri, dan terdapat jenis-jenis yang memiliki sifat yang
mencolok. Sifat-sifat yang mencolok tersebut, misalnya: warna bunga (ungu atau
putih), warna biji (kuning atau hijau), warna buah (hijau atau kuning), bentuk
biji (bulat atau kisut), sifat kulit (halus atau kasar), letak bunga (di ujung
batang atau di ketiak daun), serta ukuran batang (tinggi atau rendah).
1. Beberapa kesimpulan penting tentang
hasil percobaan Mendel sebagai berikut.
Hibrid (hasil persilangan antara dua individu dengan tanda beda) memiliki sifat yang mirip dengan induknya dan setiap hibrid mempunyai sifat yang sama dengan hibrid yang lain dari spesies yang sama.
Hibrid (hasil persilangan antara dua individu dengan tanda beda) memiliki sifat yang mirip dengan induknya dan setiap hibrid mempunyai sifat yang sama dengan hibrid yang lain dari spesies yang sama.
2. Karakter atau sifat dari keturunan
suatu hibrid selalu timbul kembali secara teratur dan inilah yang memberi
petunjuk kepada Mendel bahwa tentu ada faktor-faktor tertentu yang mengambil
peranan dalam pemindahan sifat dari satu generasi ke generasi berikutnya.
3. Mendel merasa bahwa ”faktor-faktor
keturunan” itu mengikuti distribusi yang logis, maka suatu hukum atau pola akan
dapat diketahui dengan cara mengadakan banyak persilangan dan menghitung
bentuk-bentuk yang berbeda, seperti yang tampak dalam keturunan.
1. Terminologi
Untuk
mengerti jalannya penelitian Mendel, perlu mempelajari beberapa istilah yang
terkait dalam pewarisan sifat. Istilah-istilah tersebut sebagai
berikut.
a. P = singkatan dari kata Parental,
yang berarti induk.
b. F = singkatan dari kata Filial, yang
berarti keturunan. F1 berarti keturunan pertama, F2 berarti keturunan kedua,
dan seterusnya.
c. Fenotipe = karakter (sifat) yang
dapat kita amati (bentuk, ukuran, warna, golongan darah, dan sebagainya).
d. Genotipe = susunan genetik suatu
individu (tidak dapat diamati).
e. Simbol untuk suatu gen (istilah
pengganti untuk “faktor keturunan”) dikemukakan dengan sebuah huruf yang
biasanya merupakan huruf pertama dari suatu sifat. Misalnya R = gen yang
menyebabkan warna merah (rubra), sedangkan r = gen yang menyebabkan warna putih
(alba). Dalam hal ini merah dominan terhadap putih. Oleh karena itu, diberi
simbol dengan huruf besar. Gen yang resesif diberi simbol dengan huruf kecil.
f. Genotipe suatu individu diberi
simbol dengan huruf dobel, karena individu itu umumnya diploid. Misalnya: RR =
genotipe untuk tanaman berbunga merah, sedangkan rr = genotipe untuk tanaman
berbunga putih.
g. Homozigotik = sifat suatu individu
yang genotipenya terdiri atas gen-gen yang sama dari tiap jenis gen (misalnya
RR, rr, AA, AABB, aabb, dan sebagainya)
h. Heterozigotik = sifat suatu individu
yang genotipenya terdiri atas gen-gen yang berlainan dari tiap jenis gen
(misalnya Rr, Aa, AaBb, dan sebagainya).
i.
Alel = anggota dari sepasang gen, misalnya: R = gen untuk
warna bunga merah dan r = gen untuk warna bunga putih, T = gen untuk tanaman
tinggi dan t = gen untuk tanaman rendah. R dan r satu sama lain merupakan alel,
tetapi R dan t bukan alel.
2. Persilangan antara Dua Individu
dengan Satu Sifat Beda
Persilangan antara dua individu dengan satu sifat beda
disebut persilangan monohibrid. Dominasi dapat terjadi secara penuh atau tidak
penuh (kodominan). Masing-masing dominasi ini menghasilkan bentuk keturunan
pertama (F1) yang berbeda. Persilangan monohibrid akan menghasilkan individu F1
yang seragam, apabila salah satu induk mempunyai sifat dominan penuh dan induk
yang lain bersifat resesif. Apabila dilanjutkan dengan menyilangkan individu
sesama F1, akan menghasilkan keturunan (individu F2) dengan tiga macam genotipe
dan dua macam fenotipe.
Sebaliknya, apabila salah satu induknya mempunyai sifat
dominan tak penuh (intermediate), maka persilangan individu sesama F1 akan
menghasilkan tiga macam genotipe dan tiga macam fenotipe. Contoh persilangan
monohibrid dominan penuh terjadi pada persilangan antara kacang ercis berbunga
merah dengan kacang ercis berbunga putih. Mendel menyilangkan kacang ercis
berbunga merah (MM) dengan kacang ercis berbunga putih (mm) dan dihasilkan
individu F1 yang seragam, yaitu satu macam genotipe (Mm) dan satu macam
fenotipe (berbunga merah). Pada waktu F2, dihasilkan tiga macam genotipe dengan
perbandingan 25% MM: 50% Mm : 25% Mm atau 1 : 2 : 1 dan dua macam fenotipe
dengan perbandingan 75% berbunga merah : 25% berbunga putih atau merah : putih
= 3 : 1. Pada individu F2 ini, yang berfenotipe merah dapat dibedakan menjadi
dua kelompok, yaitu 2/3 bergenotipe heterozigot (Mm) dan 1/3 homozigot dominan
(MM). Persilangan antara kacang ercis berbunga merah dominan dengan kacang
ercis berwarna putih resesif dapat dibuat bagan sebagai berikut.
Contoh persilangan monohibrid dominan tak penuh adalah
persilangan antara tanaman bunga pukul empat berbunga merah dengan tanaman
bunga pukul empat berbunga putih. Mendel menyilangkan tanaman bunga pukul empat
berbunga merah (MM) dengan putih (mm) menghasilkan individu F1 yang seragam,
yaitu satu macam genotipe (Mm) dan satu macam fenotipe (berbunga merah muda).
Pada individu F2 dihasilkan tiga macam genotipe dengan perbandingan 25% MM :
50% Mm : 25% mm atau 1 : 2 : 1 dan 3 macam fenotipe dengan perbandingan 25%
berbunga merah : 50% berbunga merah muda : 25% berbunga putih atau merah :
merah muda : putih = 1 : 2 : 1. Pada individu F2 ini yang berfenotipe merah dan
putih selalu homozigot, yaitu MM dan mm. Persilangan antara tanaman bunga pukul
empat berbunga merah dominan dengan bunga pukal empat berbunga putih resesif
dapat dibuat bagan sebagai berikut.
Jika kedua contoh persilangan di atas saat pembentukan gamet
terjadi pemisahan gen-gen yang sealel, sehingga setiap gamet hanya menerima
sebuah gen saja. Misalnya pada tanaman yang bergenotipe Mm, pada saat
pembentukan gamet, gen M memisahkan diri dengan gen m, sehingga gamet yang
terbentuk memiliki gen M atau gen m saja. Prinsip ini dirumuskan sebagai Hukum
Mendel I (Hukum Pemisahan Gen yang Sealel) yang menyatakan bahwa “Selama
meiosis, terjadi pemisahan pasangan gen secara bebas sehingga setiap gamet
memperoleh satu gen dari alelnya.”
2. Persilangan
antara Dua Individu dengan Dua Sifat Beda
Persilangan antara dua individu dengan dua sifat beda
disebut juga persilangan dihibrid. Pada persilangan tersebut Mendel
menyilangkan tanaman ercis dengan biji yang mempunyai dua sifat beda, yaitu
bentuk dan warna biji. Kedua sifat beda tersebut ditentukan oleh gen-gen sebagai
berikut.
B = gen yang menentukan biji bulat.
b = gen yang menentukan biji keriput.
K = gen yang menentukan biji berwarna kuning.
k = gen yang menentukan biji berwarna hijau.
Jika tanaman kapri yang berbiji bulat kuning (BBKK)
disilangkan dengan kapri yang berbiji keriput hijau (bbkk), semua tanaman F1
berbiji bulat kuning. Jika tanaman F1 dibiarkan mengadakan penyerbukan sendiri,
F2 memperlihatkan 16 kombinasi yang terdiri atas empat macam fenotipe, yaitu
tanaman berbiji bulat kuning, bulat hijau, keriput kuning, dan keriput hijau.
Dalam percobaan ini Mendel mendapatkan 315 tananman berbiji bulat kuning, 100
tanaman berbiji bulat hijau, 101 tanaman berbiji keriput kuning, dan 32 tanaman
keriput hijau. Angka-angka tersebut menujukkan suatu perbandingan fenotipe yang
mendekati 9 : 3 : 3 : 1. Pada saat pembentukan gamet (pembelahan meiosis)
anggota dari sepasang gen memisah secara bebas (tidak saling memengaruhi). Oleh
karena itu, pada persilangan dihibrid tersebut terjadi empat macam
pengelompokan dari dua pasang gen, yaitu:
a.
Gen B mengelompok dengan gen K, terdapat dalam gamet BK;
b.
Gen B mengelompok dengan gen k, terdapat dalam gamet Bk;
c.
Gen b mengelompok dengan gen K, terdapat dalam gamet bK;
d.
Gen b mengelompok dengan gen k, terdapat dalam gamet bk;
Prinsip tersebut di atas dirumuskan sebagai Hukum Mendel II
(Hukum Pengelompokkan Gen secara Bebas) yang menyatakan bahwa:
a. Setiap gen dapat berpasangan secara
bebas dengan gen lain membentuk alela,
b. Keturunan pertama menunjukkan sifat
fenotipe dominan,
c. Keturunan kedua menunjukkan fenotipe
dominan dan resesif dengan perbandingan tertentu, misalnya pada persilangan
monohibrid 3 : 1 dan pada persilangan dihibrid 9 : 3 : 3 : 1.
Untuk
memperjelas pemahaman tentang persilangan dihibrid, perhatikan bagan
persilangan antara kapri (ercis) biji bulat warna kuning dengan kapri biji
keriput warna hijau yang menghasilkan F1 berupa kapri berbiji bulat warna
kuning.
Perbandingan
genotype
F2=
BBKK : BBKk : BkKK : BbKk : BBkk : Bbkk : bbKK : bbKk : bbkk = 1 : 2 : 2 : 4 :
1 : 2 : 1 : 2 : 1
Perbandingan
fenotipe
F2=
bulat kuning : bulat hijau : keriput kuning : keriput hijau = 9 : 3 : 3 :1
4. Beberapa
Rumus untuk Memprediksi Mengenai Keturunan
Dari berbagai contoh persilangan di atas dapat disusun
rumus-rumus untuk memprediksi beberapa hal yang ada hubungannya dengan
keturunan, seperti banyaknya macam gamet yang dibentuk oleh suatu individu,
jumlah kombinasi F2, banyaknya macam genotipe F2, dan banyaknya macam fenotipe
F2. Perhatikan Tabel 5.2 berikut.
5. Penurunan Sifat Golongan Darah Sistem
A,B,O
Untuk mengetahui kemungkinan susunan genotipe
dari golongan darah sistem A, B, O, perhatikan Tabel berikut ini.
Hubungan antara Fenotipe Golongan Darah,
Genotipe, dan Macam Gamet
Fenotipe Golongan Darah
|
Genotipe
|
Macam Gamet
|
A
|
IAIA,IAIO
|
IA,IO
|
B
|
IBIB,IBIO
|
IB,IO
|
AB
|
IAIB
|
IA,IB
|
O
|
IOIO
|
IO
|
Dalam kehidupan modern seperti sekarang ini, teknologi
banyak dimanfaatkan agar kehidupan sehari-hari menjadi lebih mudah dan nyaman.
Ilmu pewarisan sifat atau dalam biologi dinamakan
Genetika, dimanfaatkan khususnya dalam usaha untuk mengembangbiakkan hewan atau
tumbuhan yang memiliki sifat-sifat unggul.
Sifat unggul hewan atau tumbuhan bisa diperoleh dengan jalan
persilangan diantara hewan atau tumbuhan yang ingin mendapatkan bibit
unggulnya. Misalnya di bidang pertanian, para ilmuwan berhasil menyilangkan
berbagai jenis padi sehingga akhirnya ditemukan bibit padi yang memiliki sifat
unggul berdaya hasil tinggi, umur pendek, dan rasanya enak. Ditemukan pula bibit
kelapa hibrida dan jagung hibrida yang berdaya hasil tinggi. Di bidang
peternakan, melalui persilangan dapat ditemukan bibit hewan ternak seperti
ayam, sapi, dan kuda. Di bidang kedokteran, dapat ditemukan cara untuk mencegah
agar keturunan seseorang tidak memiliki penyakit atau cacat bawaan.
Teknik yang biasa dipakai untuk menghasilkan hal-hal seperti
di atas adalah rekayasa genetika. Rekayasa genetika adalah suatu teknik untuk
mengubah gen makhluk hidup agar makhluk hidup tersebut memiliki sifat unggul.
Dengan rekayasa genetika bisa juga untuk menghilangkan sifat jelek pada induk
sehingga tidak diturunkan kepada keturunannya.
Persilangan tumbuhan atau hewan ini sangat
bermanfaat karena dapat memilih sifat-sifat yang baik dan menghilangkan
sifat-sifat yang kurang baik, dengan demikian persilangan dapat digunakan untuk
memperoleh bibit unggul atau menghasilkan keturunan dengan sifat-sifat yang
unggul atau yang baik, dengan demikian manfaat persilangan antara lain:
- Menghasilkan keturunan dengan sifat-sifat yang baik.
- Menghasilkan bibit unggul baik pada tumbuhan maupun hewan, misalnya varietas tanaman jenis unggul hasil persilangan PB5, PB8, IR22, IR24, juga pada ternak, misalnya sapi Santa gertrudis, hasil persilangan sapi brahman dengan sapi shorthorn.
Sifat gen yang terpaut dalam seks sifatnya
bergabung dengan jenis kelamin tertentu dan diwariskan bersama kromosom seks.
Umumnya gen terpaut seks terdapat pada kromosom X, tetapi ada juga yang terpaut
pada kromosom Y.
a.
Buta warna
Orang yang menderita buta warna tidak dapat
membedakan warna-warna tertentu, buta warna merah hijau, tidak mampu membedakan
warna merah dan hijau. Buta warna ini dikendalikan oleh gen resesif. Gen ini
terpaut dalam kromosom X. Terdapat 5 kemungkinan genotipe, yaitu:
- XC XC : wanita normal
- Xc Xc : wanita buta warna
- XC Xc : wanita pembawa buta warna/karier
- XC Y : pria normal
- Xc Y : pria buta warna
Wanita karier atau pembawa artinya wanita yang
secara fenotipe normal tetapi secara genotipe dia membawa alel sifat resesif
untuk buta warna.
b.
Hemofilia
Hemofilia merupakan kelainan dimana seseorang
darahnya tidak dapat/sulit membeku bila luka. Luka kecil pun dapat menyebabkan
penderita meninggal karena terjadi pendarahan yang terus-menerus. Gen yang
mengendalikan sifat ini adalah gen resesif dan terpaut dalam kromosom X. Dalam
keadaan homozigot resesif gen ini bersifat letal (menimbulkan kematian).
Beberapa kemungkinan susunan genotype adalah:
Beberapa kemungkinan susunan genotype adalah:
- XH XH : wanita normal
- Xh Xh : wanita hemofilia bersifat letak
- XH Xh : wanita pembawa/karier
- XH Y : pria normal
- Xh Y : pria hemofilia
0 komentar:
Posting Komentar